Thursday, April 10, 2014

We are stranger but with memories

In your dreams were made illegal by the laws of lesser evil we call life but not tonight, cause I dare you to love. I call you back now & I end up. How it feels? hell. Your voice comes thrashing wildly through my quiet bed. Through timeless words and priceless pictures.
There comes a time for us to part, Then right back to the start.
I know what I'm supposed to do to get myself away from you that I used to be when it was you and me.
you really drain my soul and even though it hurts I can't slow down, walls are closing in. Whispers of tomorrow echo in my mind.
Strong..Since I been flying and riding the wrongs. it feels almost like I had it all along.
oh.. don't mind my nerve, you could call it fiction.Cause I like being submerged in your contradictions. It's not a bird, not a plane. It's my heart and its going gone away
I could never call you mine 'Cause I could never call myself yours.  if we were really meant to be, well then we just defied destiny It's not that our love died, we just never really bloomed

Wednesday, April 9, 2014

Life fulfillment dan enjoyment

"It's not what you are good at, it's what you enjoy the most"

Ditemukan Dalam suatu artikel, yang memuat tentang dirinya lewat interview eksklusif dengan Author buku Carrer Snippet, Rene Suhardono. 
Jerry Aurum memaparkan sebuah gambaran tentang passion yang mendasari awal pembentukan karirnya. 

Life fulfillment dan enjoyment selalu mendasari setiap tindakan dan inisiatif dalam diri seorang Jerry. Karyanya pun merefleksikan nilai nilai yang dia yakini. 
Seakan uang dan ketenaran tidak perlu dituju, keduanya hanyalah salah satu wujud apresiasi terhadap karya dan kontribusi. 
Berikut cuplikan artikel tersebut...


What your passion? 
My passion is all about creating. In my line of work, I choose photography as my main interest. Why? It just comes from within. Something that I enjoyed starting doing since day one and slowly become better in it. But I have learned that I never  want to be trapped in my self-created box. I also enjoy designing, architecture, writing and movies. They all contribute knowledge and imaginations one to another, and keep fulfilling eaclch other every time I get better in one field. 


What made you decide to do what you're doing right now?
It's not one day decision. It's kind of trial and error combined with courage, risk taking and irresistible urge to keep doing it. Besides, I felt like my creator has given me a little bit of talent in my profession, so it never really give too much thoughts on my reasons anymore, it's more about how I can improve myself and my team every time we have project obstacle.

Youa are a well-known designer and photograper - how do you balance between the need to make yourself a better person against your "eksternal archivement" 
In a creative field like I do, I believe that you can't do a better work if you fail to make yourself a better person. Once you lose interest, your work will look crappy. So self development is equally as important. We have to remind ourselves that many other things are also nice besides our passion. 
And the best part is whatever nice may always contribute back to our passion. It's never a waste to take a couple of months off for creative mind.

Setelah membaca artikel tadi, tentu banyak pemikiran yang membuat saya, lebih wise dalam mengambil sudut pandang suatu situasi yang tengah saya hadapi sebelum-sebelumnya. 
Segala hal yang saya jalankan akan lebih nikamat bila di samping itu terdapat passion yang mengiringi.
Intinya kerjakan / buatlah hal apapun yang kita suka dan nikmatilah itu, untuk hasil dan penghargaan tentu dikesampingkan dahulu, agar hasil yang akan kita terima dalam prosesnya bukan hanya sekedar dinilai baik, tapi kita juga dinilai berkompeten dalam hal tersebut. 





Good Father

Fathers, be good to your daughters
Daughters will love like you do
Girls become lovers who turn into mothers
So mothers, be good to your daughters too
          - John Mayer, Daughters -

Ayah membelikan aku sebuah laptop berwarna merah muda, aku ingat betul waktu itu kenaikan kelas sebelas. Aku memang minta dibelikan laptop untuk kebutuhan tugas sekolah.Tanpa bersusah payah merayu, ayah langsung ganti baju untuk mengantarkan aku ke sebuah acara pameran komputer di Gramedia expo, saat itu aku tinggal di Surabaya. 
Sesampainya di acara pameran, aku berkeliling melihat - lihat display laptop yang di pajang.
Sungguh banyak dan bagus - bagus, apalagi warnanya.. bikin makin bingung mau beli yang mana. 
Tiba - tiba Ayah membawaku ke salah satu sudut etalase, ada Laptop berwarna pink soft dengan layar 14 inch. Tanpa banyak bicara aku langsung manggut - manggut meng-iya-kan tawarannya. 
Dengan perasaan bahagia, aku peluk erat -erat laptop itu di perjalanan pulang hingga sampai dirumah.
Beberapa bulan setelah pembelian laptop ini, aku memang sangat merasa terbantu karena tugas - tugas sekolah dalam bentuk power point dengan begitu mudahnya aku kerjakan. 

Sore menjelang maghrib Ayah pulang kantor, dan memanggilku untuk datang ke ruang tengah. Ternyata aku di belikan laptop lagi dengan spec yang lebih canggih dan merk yang lebih bagus, laptop itu limited editon khusus bulan Februari bertepatan dengan perayaan Valentine, warnanya merah muda menyeluruh sampai bagian dalam keyboard nya, sungguh laptop yang bagus. Tapi aku agak kesal mengapa ayah begitu boros, padahal laptop yang sebelumnya, baru aku gunakan sekitar tiga bulan.
Bukan hanya itu, dia membelikan mouse, sd card, card reader, penyambung tambahan usb, dan headphone yang semuanya berwarna senada, yaitu merah muda. 
Ayah mungkin berpendapat bahwa aku menyukai warna itu, sebenarnya aku lebih suka warna coklat. Tapi semenjak ayah membelikan aku barang - barang berwarnah merah muda, aku jadi mulai suka warna merah muda

Ayah selalu membelikan barang - barang yang bagus, padahal aku belum memintanya, ayah selalu ingin memberikan barang yang istimewa. Ayah sangat memanjakan aku, tapi setelah aku beranjak dewasa hingga lulus SMA, aku membuat suatu pilihan sendiri untuk kelanjutan pendidikan. 
Aku memutuskan untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di tanah kelahiranku di ibu kota. 
Kejadian yang aku ingat adalah ketika kedua orang tua mengantarkan aku ke bandara, saat menunggu take off ayah sama sekali tidak mau duduk disampingku, beliau malah berdiri di suatu sudut. Mungkin ayah takut apabila ia tidak dapat menahan air matanya untuk melepas keberangkatan anaknya.
Kontras dengan mama yang sedari tadi sudah terisak - isak tangisnya. 
Tapi saat ini, saat aku menulis ini, malah aku yang susah payah untuk menahan air mata. 
Aku sendirian disini, tanpa mereka. 
Sulit untuk menangisi hal yang tak seharusnya di tangisi. Aku tau aku rindu.
Semoga Tuhan selalu ada untuk mu, Ayah dan Mama.

Rumahku adalah dimana ibuku berada

karena saya begitu menyayangi dia sehingga saya ingin dia sempurna, rasanya memang menyakitkan kalau cinta kita terlalu besar,
aku selalu berusaha untuk bangkit dari bayang-bayang masa lalu dimana dulu dia berteriak disertai nafas yang kembang kempis entah karena nada bicaranya bersemangat atau kehabisan nafas akibat emosi. baru aku mengerti di saat umur berjalan di angka belasan, dia adalah orang dewasa dan aku balita nakal yang suka bolak-balik tangga. Benar saja kepalaku bocor dan meninggalkan bekas luka di alis mata sebelah kiri hingga sampai saat ini terpajang disitu. ia terlalu bermakna untuk di acuhkan, terlalu dekat untuk di jauhkan, terlalu mustahil untuk di lupakan terlalu berharga untuk di tinggalkan, terlalu berarti bagiku sampai harus mendoa’kannya di setiap shalat lima waktuku.
maaf, maaf ma.. aku sekarang sudah enambelas tahun sudah duduk di bangku SMA, sudah tidak ada lagi yang perlu di cemaskan dari anak tangga yang ujungnya meruncing dan anak yang tidak bisa dinasehati dengan kata halus , walau begitu dia tidak pernah membuat luka di tubuhku dengan tindakan gelap mata, meskipun nanti masalah yang di temukan akan datang dengan penyelesaian yang makin sulit.
bentakan yang menyebalkan merupakan peringatan, omelan tajam yang keluar dari bibir tipis itu adalah tanda cinta, ucapan yang dikeluarkan adalah doa, semua hal, semua perlakuan, apapun kelakuanya adalah semata kerena ketulusan jiwa raganya demi anak yang dia jaga di dalam perutnya selama sembilan bulan, untuk nyawa yang pernah ia bendung di dalam kesakitan tubuhnya bahkan dialah satu-satunya manusia di bumi ini yang menyayangi nyawa ku melabihi nyawanya sendiri, meski dia adalah bukan gambaran ibu impian yang selalu membelai rambutku disaat aku sedang duduk berdua di ruang tv namun dialah seseorang yang tidak pernah menuntutku untuk menjadi sempurna, dengan memberikan nafasnya untuk aku nafaskan.
Sudahlah... aku terlalu lelah dengan rasa benciku dengan aturannya yang selalu bilang " pungut kotoran yang jatuh di lantai , kalau jijik dengan semut yang bergerombol" " bersihkan centong jika masih ada sebutir nasi yang menempel" , " buang sisa makanan ke tempat sampah setelah mencuci piring agar tidak menyumbat saluran air", "habiskan air yang sudah di tuang ke gelas jangan suka membuangnya" "rapihkan botol sampo dan puff ketempatnya seperti semula , 10 menit cukup untuk mandi sampai bersih" , "jangan lupa lap kaki setelah dari kamar mandi , kalau tidak mau jatuh seperti kemarin". (sempurna.., logika ini membuat mataku terbuka)
Sekarang saatnya anak perempuan bersahabat dengan ibunya seorang malaikat yang mengorbankan sayapnya untuk menjadikanku manusia, lalu bagaimana? segera berbaik-baiklah dengan dia, dan penuhilah wajahnya dengan seribu ciuman, selagi kita masih bisa mendengar suaranya yang tidak enak didengar itu, selagi dia masih mampu repot-repot menceramahi dengan mulut yang berbusa, berdamai, dan mulailah hidup dengan cinta yang sempurna, cuma dia ibu kita, mau dicari keliling dunia tetap kita merupakan "cetakan" yang telah di stempel dengan cap yang telah melekat di diri kita.